Pernah gak kalian ngerasa sangat
cemas, khawatir akan suatu hal yang belum tentu terjadi, dan menginginkan semua
yang kita bayangkan harus sesuai dengan apa yang kita mau? Kalau pernah brarti
kamu perfeksionis sama seperti saya. Yeah, im a perfectionist, and it sucks.
Buat saya, bukan hal yang membanggakan menjadi seorang yang perfeksionis.
Mungkin ada beberapa hal positif menjadi seorang yang perfeksionis, namun lebih
banyak hal negatifnya. Dan sampai saat ini saya masih berusaha untuk tidak lagi
menjadi seorang yang perfeksionis. Tidak mudah memang, karena itu terkait
dengan kebiasaan, namun kebiasaan bisa dirubah. Dan saya juga percaya pasti
bisa berubah perlahan-lahan.
Ada tiga hal yang bisa menyebabkan
seseorang itu menjadi perfeksionis.
Pertama.
Hasrat untuk bertumbuh menjadi
seseorang yang hebat.
Ada beberapa orang yang menginginkan
untuk menjadi seorang yang hebat, bagaimanapun caranya. Karena ketika dia sudah
dipandang hebat oleh orang lain, berarti dia telah berhasil. Bangga akan kerja
kerasnya selama ini. Terkadang motivasi untuk menjadi hebat disebabkan oleh
perasaan agar supaya dia dipandang mampu. Mampu mengerjakan yang tidak bisa
dikerjakan oleh orang lain, misalnya.
Kedua.
Harapan sosial.
Perfeksionisme bisa jadi muncul
karena adanya harapan di lingkungan social. Misalnya, orang tua, guru, pelatih,
manajer, pemimpin, dsb. Mereka menargetkan sesuatu yang arus bisa dicapai. Dan target
tersebut biasanya terlalu tinggi. Dan tak jarang lingkungan social sekeliling
juga ada yang bertingkah seperti seorang dictator yang menginginkan kita
mencapai target tersebut dan memperoleh kesuksesan.
Ketiga.
Rasa tidak aman.
Rasa tidak aman yang timbul dalam
diri sendiri dapat pula menjadikan kita seorang yang perfeksionis. Karena kisah
masa lalu yang buruk, dibully, dilecehkan, sehingga muncul perasaan tidak aman
dan membuat suatu defence tersendiri. Adanya diskriminasi social kemudian
mendendam dan berjanji dalam diri untuk berusaha sekuat tenaga untuk melindungi
diri sekalipun hal tersebut juga terkadang nampak tak berhasil untuk dilakukan.
Mensugesti diri dengan kalimat “suatu saat nanti, saya berjanji...” adalah
contoh dari seorang yang perfeksionis dikarenakan rasa tidak aman. Tidak aman
karena perlakuan lingkungan sekitar yang memojokkan.
Dari ketiganya, mungkin memang
ketiga-tiganyalah penyebab saya menjadi seorang yang perfeksionis. Awalnya saya
berfikir, sifat ini hanya berlaku ketika saya bekerja dikantor. Misalnya seperti
saat saya melakukan sesuatu ketika bekerja saya pastikan itu tanpa ada
kesalahan, sekalipun ada kesalahan saya akan mengulanginya lagi sampai akhirnya
pekerjaan tersebut benar dan sempurna. Ketika terjadi kesalahan, saya lebih
merasa bersalah kepada diri sendiri “kok bisa sampai salah sih?” padahal kan
sejatinya manusia memang tempatnya salah dan lupa. Manusia tempatnya khilaf. Tidak
ada pekerjaan yang bisa dikerjakan dengan hasil yang benar-benar sempurna. Pasti
ada kesalahan di sana sini. Namun saya menyadari dalam kehidupan sehari-hari
dirumahpun saya selalu menuntut –pada diri sendiri- untuk melakukannya sesuai
dengan apa yang saya inginkan. Ketika ada orang lain mengambil tugas yang
sebenarnya itu adalah tanggung jawab saya, sayapun tidak rela. Contoh paling
aneh ketika dirumah adalah saat saya menjemur pakaian ketika selesai mencuci. Seolah-olah
sebelum pakaian itu dijemur, saya sudah memprepare letak-letak kemana pakaian
itu akan dijemur. Misalnya, “oh, baju ini ditaruh di bagian depan. Oh, celana
ini ditaruh dibagian bawah. Bla bla bla.” Dan letak-letak pakaian itu saya atur
dalam otak, sebelum otak memerintah tangan untuk menjemur, perintah itu seperti
sudah tercatat.
Aneh?? mungkin iya, mungkin juga ada
yang beranggapan hal tersebut biasa saja dan wajar. Tapi apakah sampai
sedemikian tertatanya? Entahlah... maybe im a perfectionist and also a weirdo.
Berikut saya sertakan pula –dan juga
sebagai pengingat saya- tips bagaimana sebaiknya menjadi perfeksionis yang baik
dan benar. Mengendalikan sifat tersebut agar supaya menjadi sesuatu yang
positif.
- Jadilah orang biasa untuk sehari saja. Biarkan dirimu tidak rapi, terlambat, tidak lengkap, tidak sempurna. Lalu, rayakan kesuksesanmu.
- Ikutilah aktivitas-aktivitas yang tidak ada penilaiannya -aktivitas yang berfokus pada proses bukan hasil akhir-.
- Ambilah resiko. Ikutlah dalam sebuah pelatihan yang terkenal karena isinya menantang. Cobalah memulai pembicaraan dengan seseorang yang tidak kamu kenali. Kerjakan tugas atau belajar dalam menghadapi sebuah tes tanpa berlebihan. Ubahlah kebiasaanmu pada pagi hari. Mulailah harimu tanpa rencana yang jelas.
- Beri izin pada dirimu sendiri untuk membuat paling sedikit tiga kesalahan setiap harinya.
- Berhenti menggunakan kata "harus" pada saat bicara pada diri sendiri. Tinggalkan kata "aku seharusnya" saat bicara.
- Ceritakan kelemahanmu atau keterbatasan yang kamu miliki kepada seorang teman. Yakin deh, temanmu itu tidak akan menganggap dirimu lebih jelek daripada sebelumnya.
- Sadari bahwa pengharapanmu atas dirimu sendiri mungkin terlalu tinggi, bahkan tidaak realistis.
- Kenanglah berbagai keberhasilamu pada masa lalu. tulislah bagaimana hal-hal itu membuatmu merasa nyaman.
- Tanya seorang teman untuk membantumu "menyembuhkan" sifat perfeksionismu iu. Mungkin mereka bisa memberikan tanda atau kata tertentu saat mereka menyadari bahwa kamu sedang bertingkah laku sebagai seorang perfeksionis.
- Sadari bahwa dirimu manusia juga. Akan terasa tidak terlalu sepi kalau kita mau menerima ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita sendiri dan diri orang lain, dan menerimanya sebagai bagian kehidupan.
- Kalau kamu perlu bantuan, bicaralah dengan guru BP di sekolah/kampusmu atau dengan seorang psikolog. Jelaskan situasi yang kamu hadapi dan mintalah saran-saran
Sampai
saat ini, saya masih belajar mengendalikan. Berusaha menerima apapun kemampuan
yang ada dalam diri saya. Berusaha menerima bahwa manusia itu tak sempurna,
pernah melakukan kesalahan, and its fine. Namun tak menutup kemungkinan
terkadang sifat itu muncul dengan sendirinya. So, Guys... wish me luck. And i
wishes you also the best. Ganbate Kudasai!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar