Duduk dihadapanku pasien yang sudah
mungkin hampir setahun belakangan ini aku tangani. Ayla, nama pasienku yang tak
lain ia adalah sahabatku sendiri. Dialah motivasiku untuk menyelesaikan S2
jurusan psikologi.
***
“nadya, aku orang yang gak mudah
percaya sama orang lain, buatku kamu adalah orang yang aku percaya. Selesaiin
S2 kamu, sembuhin aku dengan apapun caramu.”
“aku capek dengan penyakit ini nad, kalaupun ada kesempatan buat bunuh diri aku mau bunuh diri”
ucap Ayla beberapa tahun yang lalu sebelum aku menyelesaikan studyku,
Sampai saat ini aku masih
mengingatnya. Dan akupun berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha
menyembuhkan penyakit yang diderita Ayla.
***
DID (Dissociative Identity Disorder) atau
kepribadian ganda, nama penyakit yang diderita Ayla. Sebelumnya Ayla sedikit
bercerita tentang masa lalunya kepadaku. Tentang masa kecilnya, tentang apa
yang ia alami saat itu, tentang perlakuan ayahnya yang menurutku sungguh tak
masuk akal. Mungkin karena sebab itulah muncul beberapa kepribadian lain dalam
diri Ayla. Pernah suatu hari Ayla menceritakan semuanya padaku, tentang dia
yang berkepribadian ganda. Tentang orang-orang yang berada disekelilingnya yang
mungkin bisa membuatnya nyaman.
“Nad, aku punya beberapa sahabat yang
mungkin menurutmu ini tak masuk akal”
“maksud kamu gimana Ay?” tegasku
“Aku punya sahabat yang selalu
mengelilingi aku kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun”
“bukannya hanya aku sahabatmu yang
dekat denganmu Ay?”
Semakin aku tak mengerti apa yang
dibicarakan Ayla padaku, namun sebagai sahabat yang berusaha memahami
kondisinya akupun memaklumi tentang sikapnya.
“nanti kapan-kapan kamu aku kenalin
ke mereka ya Nad” ucap Ayla
“ada berapa banyak sahabatmu Ay?”
tanyaku
“ada 5 Nad. Rahmad, Cecilia, Aldo,
Kirana dan Intan yang adalah sepasang ibu dan anak” Ayla menyebutkan nama
sahabat imajinasinya itu dengan memegang satu persatu jemarinya
“oh.. oke. nanti kalau ada waktu aku
ingin bertemu mereka” sahutku
“ya, baiklah”
***
Bagi Ayla, dirinya tak pernah merasa
sendirian. Karena dia merasa mempunyai kelima sahabat yang seolah nyata.
Rahmad, seorang pria lugu, penuh
sopan santun dan taat beribadah. ketika Ayla berperan sebagai seorang Rahmad,
Ia seketika menjadi sangat sopan dalam berbicara.
“Ay!!” teriakku seraya membuka pintu
kamar Ayla dengan keras.
Maksut hati ingin mengagetkannya
“MasyaAllah.. bisa masuk dengan sopan
gak mbak?”
“jangan lupa ucap salam, salam itu
artinya kita sama-sama mendoakan sesama umat muslim”
“Ayla!! Ini kamu kan??” sambil
kugoyangkan badan Ayla memastika saat itu dia baik baik saja. Karena jarang
sekali kulihat Ayla sesopan ini.
“Maaf, saya Rahmad. Mbak salah orang”
ucapnya dengan penuh ketenangan
Alya pernah bercerita kepadaku
tentang Rahmad. Rahmadlah yang menyuruh dia untuk selalu mengingat Allah,
mengingatkan shalat, menyuruhnya untuk berpuasa. Pembawaan Rahmad yang sopan
dan santun membuat Ayla menuruti perkataan Rahmad. dia pun bercerita beberapa
hari belakangan ini dia sering disms Rahmad untuk sekedar membangunkannya
shalat witir dan tahajjud.
“andai Rahmad tidak jauh dariku Nad,
pasti dia sosok suami yang pas untukku.”
“maksudnya dia jauh?” tanyaku
keheranan
“ya, dia akan segera menikah dengan
wanita pilihan ibunya”
“dia ceritakan itu padaku disuatu
malam”
“oohhh...” kataku
***
Cecilia, karakter yang sangat berbeda
jauh dengan Ayla. Dandanannya yang lebih mirip seorang wanita tuna susila,
menor dan berbadan aduhai. Cecilia juga seorang sex adventurer. Dia tak pernah
puas dengan hanya satu pria. Sungguh karakter yang berbeda jauh dengan Ayla.
Semua penjelasan tentang fisik dan bagaimana cecil berpakaian pernah
diceritakan Ayla kepadaku. Hingga suatu ketika akupun pernah melihat Alya
berdandan seolah dia adalah Cecilia.
Ditengah malam buta, aku ditelpon
oleh orang tua Ayla. Menanyakan keberadaan Ayla yang tak kunjung pulang kerumah.
Tak lama kemudian, kulihat Ayla sedang menggoda beberapa orang pria hidung
belang yang berdiri mengelilingi tubuhnya.
Seperti seekor singa yang sedang
diberi makan daging.
“Ayla, ngapain kamu disini??”
teriakku sambil kutarik lengannya
“hey!! Bangsat! Gak usah
pegang-pegang gue!”
“nama gue Cecilia, bukan Ayla! Gak
tau kalo gue lagi ada pelanggan apa?”
“oke, Cecilia. Aku mau ngomong sama
kamu”
Aku berusaha sangat memahami keadaan Ayla,
biarpun dia teriak, memaki, aku tau itu bukan Ayla. Hanya karakter lain yang
diciptakan Ayla.
Dengan negosiasi yang panjang
akhirnya Ceciliapun mau kuajak ngobrol. Aku mulai bertanya tentang aktifitasnya
sehari-hari. Dia berucap bahwa ketika pagi hari dia istirahat untuk memulihkan
kondisinya. Karena dalam sehari dia bisa melayani 3 atau 4 orang pria.
“gue tipe orang yang milih-milih kalo
mau having sex dengan pasangan. Gue gak mau ngeladenin orang tua. Apalagi buat
gratifikasi om-om ganjen”
“actually im a sex adventurer.
Because im sexy, and im worth to get” ucapnya sambil meniupkan asap rokok yang
dihirupnya dalam-dalam
“gak salah lah orang pilih gue.
Hahaha...”
Cecilia, atau dalam hal ini adalah
Alya, dia bercerita sebenarnya dia tak sepenuhnya suka dengan laki-laki. Dan
hal ini membuatku kaget
“gue gak begitu suka dengan cowok,
malah gue tertariknya sama cewek”
“yah.. bisa dibilang gue lesbi lah..”
Seketika akupun terkaget-kaget
mendengar kalimat terakhir Cecilia
“makanya, lu jangan deket-deket sama
Ayla. Gue sayang banget sama dia!”
***
Seorang anak lelaki yang baru berusia
17 tahun, Aldo namanya. Aldo yang pemberontak selalu tidak pernah betah tinggal
dirumah. Dia sangat sayang kepada ibunya, namun tak begitu halnya dengan kepada
ayahnya. Semenjak ayah Aldo sering berbuat kasar, memukul, suka main judi,
mabuk, tak pernah ada rasa respek sedikitpun pada ayahnya. Hubungan keduanya
merenggang. Seperti bukan layaknya ayah dan anak. Mereka saling bermusuhan satu
sama lain.
Aldo adalah sisi lain perwujudan
kepribadian Alya. Ketika Ayla melihat ibunya menangis seketika dia seperti
berubah menjadi Aldo yang penyayang pada ibunya. Antara Ayla dan ibunya memang
tak begitu dekat, namun dalam hati Ayla mungkin ada rasa iba terhadap ibunya
yang sering diperlakukan tak seharusnya oleh ayahnya yang membuat mereka
perlahan menjadi dekat satu sama lain.
***
Sosok ibu dan anak yang bernama Kirana
dan Intan adalah kepribadian Ayla yang lain. Penciptaan kepribadian Kirana oleh
Alya didasari oleh sikap ayahnya yang suka kasar terhadapnya, terhadap ibunya. Dia
hanya ingin di dunia ini sendiri mengurus anaknya, tanpa ayah, tanpa suami,
single parent. Alya menganggap dirinya Kirana, seorang ibu yang mempunyai satu
anak dan seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal.
Sedangkan Intan adalah perwujudan
jiwa kanak-kanak Ayla yang memang dulu ketika ia kecil, tak pernah sekalipun
merasakan kebahagian layaknya anak seusianya. Intan yang manja, suka bermain,
dan ceria. Beda halnya dengan Ayla yang masa kecilnya sering dikurung dalam
kamar, tanpa teman, tanpa pernah merasakan bermain layaknya anak kecil
seusianya.
***
“coba duduk dengan rileks Ay, teraphy
kali ini mungkin beda dengan teraphy sebelumnya. Jadi, kamu harus ikutin
perintahku. Oke?” pintaku pada Ayla yang sudah setengah jam duduk dikursi yang
biasa ia duduki ketika konsultasi denganku.
“apapun yang kamu lakukan, aku mau
Nad. Aku Cuma pengen sembuh. That’s it”