Minggu, 15 September 2013

Judulnya Adalah Tentang "MENIKAH"


Menikah... mendengar kata itu mungkin beberapa orang berbeda cara pandang dan penafsirannya. Ada yang bilang menikah itu ibadah, menikah itu tentang bagaimana menyatukan dua kepala menjadi satu kepala yang mempunyai visi dan misi yang sama, dsb.

Menurut saya, menikah itu :

1.      Wajib bagi seorang wanita yang berusia matang. Matang dalam hal pemikiran, sikap, maupun secara biologis. Wajib pula bagi pria yang matang dan mapan. Mengapa tidak hanya matang, tetapi ada mapan didalamnya? Karena menurut saya jaman sekarang tidak ada pernikahan dimanapun yang bisa bertahan hanya dengan modal cinta. Mungkin satu diantara seribu umat manusia didunia, bahkan bisa lebih. Tapi memang seperti itu kenyataannya. Menikah butuh modal. Modal before marriage and after marriage.

2.      Tidak hanya tentang menyatukan dua kepala. Tetapi menyatukan segalanya. Menyatukan kebiasaan, menyatukan tempat tinggal, menyatukan keluarga, menyatukan pendapatan, dan yang terakhir menyatukan tempat tidur.

3.      Menikah tidak selalu tentang bercinta! Ketika menikah karena ingin melampiaskan hasrat ingin bercinta, tak ubahnya pernikahan itu seperti simbolis yang tujuannya hanya menghalalkan hubungan suami istri. Menikah memang tujuannya untuk menghindari zinah, menyalurkan hawa nafsu, tetapi kalau tiap hari kerjaannya bercinta mulu ya... Bagaimana bisa berumah tangga, bersosialisasi dan bekerja?

MENIKAH...

Referensi saya tentang pernikahan itu bermacam-macam. Dalam hal ini saya dapat dari buku, dari kehidupan sehari-hari, teman, sahabat bahkan orang asing. Konsep pernikahan atau definisi menikah yang saya peroleh dari buku sangat biasa. Maksud saya, sudah sering kali didengar oleh banyak orang. Missionaris, old fashion, tapi tak dapat dipungkiri kalau memang itulah pedomannya. Pedoman berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Mau tidak mau, memang itulah aturannya. Next, pengalaman dari teman juga kadang menambah wawasan saya tentang pernikahan, bagaimana seharusnya menikah itu, apa yang terjadi dalam suatu pernikahan. Banyak hal. Mulai dari susah, senang, cemburu, konflik, and that’s life. Hal-hal yang demikian itu yang membuat kehidupan berwarna, meskipun kadang berbeda orang berbeda juga cara mereka menanggapinya. So, colorfull or not u choosen that.

Pernah suatu ketika saya melihat seorang teman yang dalam kehidupannya damai, aman, tentram, seperti keluarga kecil yang bahagia. Sempat dalam hati saya berkata “hmm.. semoga saya seberuntung dia nantinya”. Namun seiring dengan berjalannya waktu keadaan tak seperti yang saya bayangkan. Keluarga kecil yang dulunya terlihat bahagia, seketika berubah. Keduanya berpisah karena keegoisan masing-masing, dan sedikit nafsu. Si pria didapati tengah dekat dengan wanita lain, dan si wanita merasa ingin membalas juga dengan dia berusaha untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Yang tujuannya hanya ingin menarik simpati dan membuat si pria cemburu. Namun, mereka larut dalam permainan masing-masing. Pernikahan hampir 13 tahun dibina ternyata kandas. Dan siapa yang menjadi korban?? ANAK!! Ya.. selalu anak yang menjadi korban dari pernikahan yang tidak berjalan lancar (divorce). Jadi, jangan salahkan anak ketika dia berubah menjadi seorang pemberontak, karena banyak anak yang merasa “kenapa saya dilahirkan dari keluarga yang broken home?” mereka menganggap anak dari keluarga yang broken home itu adalah anak yang selalu dikucilkan, sehingga mereka mencari pelampiasan diluar keluarga. Terkadang merekapun terjerat dalam pergaulan yang salah. Hmm.. mungkin karena keegoisan, hal ini tak sempat terfikirkan oleh para orang tua.  

Namun, tak selamanya divorce membuat anak menjadi korban. Ada juga beberapa pasangan orang tua yang cerdas dan bijak dalam mengatasi masalahnya. Pengalaman yang lain saya ambil dari kisah seorang mentalis yang sedang naik daun Deddy Corbuzier. Dia berpisah dengn istrinya Kalina mungkin penyebabnya banyak hal, namun saya mengambil kesimpulan sendiri bahwa salah satu penyebabnya adalah perbedaan agama yang mereka anut. Inilah cerdasnya mereka, mereka tak sekalipun memperlihatkan ketidakharmonisan hubungan didepan anaknya. Dalam suatu acara “Hitam Putih” mereka menceritakan panjang lebar. Apa penyebab terjadinya perceraian mereka, mengapa berita perceraian mereka bisa tak ter ekspose media selama beberapa bulan. Namun, ada satu cerita yang waktu itu membuat saya menangis. Deddy bercerita :

“pernah saya hampir meneteskan air mata waktu dengar kalimat azka”

“saya tanya ke azka gini, azka... azka gimana perasaannya kalau papa sama mama udah gak sama sama lagi?”

“dia jawab, azka gak papa asal azka gak mau jadi rebutan”

“(telunjuk kanan deddy dan telunjuk kiri kearah kanan) papa mau azka kesini”

“(telunjuk kanan dan kiri deddy kearah kiri) mama mau azka ke sini”

“tapi yang azka mau, (telunjuk kanan deddy, telunjuk azka, dan telunjuk kalina jadi satu kearah depan) kita tetep jalan bareng”

Ngerti yang saya maksut?? Ya, intinya anak sekecil azka tidak mau diperebutkan gak jelas oleh orang tua. Dia masih mau bermain, berkumpul dengan teman-temannya, dia masih ingin berjalan berduaan dengan orang tuanya meskipun sekarang orang tuanya dan dirinya bukan lagi satu keluarga. What a wise child...

Menikah itu berat, ketika kita menganggapnya berat. Dan sebaliknya, akan mudah jika kita menganggapnya mudah. As a single, mungkin kalimat itu juga bisa diterapkan. Menganggap apapun yang sudah ditakdirkan itu ujian yang ringan, meskipun kelihatannya sangat berat, sangat terbebani dan menguras pikiran. Ketika belum dipertemukan dengan jodoh juga mungkin bisa dikatakan sebuah ujian. Ujian apakah kita masih bisa bersabar, bersabar hingga akhirnya dipertemukan dengan jodoh yang telah disiapkan. Karena setelah ujian pasti ada raport yang akan kita terima. Layaknya dalam sebuah sekolah, ujian yang diberikan tak ubahnya seperti pembelajaran kita untuk mempersiapkan diri, membaikkan diri, menata hati, dsb. Sampai nanti kita menerima raport sesuai dengan hasil akhir ujian yang sudah kita lewati. Pantaskah kita naik kelas? Its depends on you. Depends on me too.
So, intinya menikahlah dengan yang membesarkan hatimu. Dan satu hal yang saya tangkap dari cerita beberapa teman, carilah pria yang sayang dengan ibu kandungnya, maka niscaya dia akan sayang dengan istrinya. Kata mereka pasti, tapi entah kenyataannya. Menikah itu ibadah, maka beribadahlah hanya karena Allah...

Sabtu, 07 September 2013

Untitled Story


“sepertinya dia mengalami kelainan pada otaknya akibat benturan keras di kepala ketika kecelakaan itu terjadi”
“kelainan, kelainan apa dok?”
“dia mengalami Short Memory Lost, kehilangan ingatan jangka pendek. Jadi ketika dia melakukan aktifitas, dia tidak akan bisa mengingat kejadian 5 menit yang lalu”
“seperti itukah kedaan kakak saya dok?”
“ya, salah satu cara untuk memperbaiki ingatannya adalah dengan membiarkan dia menuliskan atau merekam apapun kegiatan yang dia lakukan. Dengan begitu dia akan perlahan mengingat kegiatan yang sudah dia lakukan”
Kalimat dari dokter kala itu membuatku miris. Bagaimana seorang kakak yang dulunya pintar dan sukses sekejap bisa menjadi seorang yang tak berdaya. Hanya tape recorder dan sebuah catatan kecil yang selalu dia bawa.
***
07.00              : Bangun pagi
                          Membersihkan kamar
                          Mandi
                          Sarapan pagi
08.00              : Nonton televisi
                          Baca Koran
Dst

Inilah contoh serangkaian kegitan kakakku setiap harinya. Dia selalu mengulang kegiatan yang sama.

Gilang Baskara, usianya yang tak lagi muda namun semangatnya masih menggebu-gebu. Seperti tanpa lelah dia mencari nafkah demi menghidupiku dan kedua adikku. Ketika kesuksesan berada ditangannya, tak sedikitpun terpikir dalam benaknya untuk menikah.
“aku ingin melihatmu lulus kuliah dan sukses, baru setelah itu aku bisa menikah”
Kata itu yang mengingatkanku padanya dan aku tidak ingin mengecewakan kerja kerasnya sedikitpun. Belumlah sampai kak Gilang melihatku sukses, dia terkena musibah yang merenggut kebahagiaan kami. Tidak ada lagi kakak yang buatkan kami sarapan disela kesibukannya yang padat. Kecelakaan yang membuat ingatan kan Gilang hilang perlahan-lahan. Saat itu kejadiannya sangat cepat, kak Gilang dalam perjalanan pulang kerumah. Mobil yang dikendarainya melaju kencang, sehingga ia pun tak menyadari ada seorang kakek yang lalai menyebrangi jalan. Hingga akhirnya dia koma beberapa hari kemudian tersadar tanpa mengenali seorangpun disekelilingnya
“saya dimana??”
“Kak Gilang lagi dirumah sakit, kakak istirahat aja”
“kamu siapa? Gilang? Siapa dia?”
Kalimat itu bagaikan tamparan keras diwajahku, sakit sekali rasanya. Bagaimana tidak, kakak yang selama ini aku anggap sebagai pengganti orang tuaku tak mengenaliku bahkan dia tidak bisa mengingat namanya.
Ohh.. Kakakku...
“ini Alya, Kakak Kak Gilang. Gilang Baskara, kakakku”
“Alya... Gilang Baskara....”
Seperti mencoba mengingat sesuatu tapi kondisi Kak Gilang yang sangat lemah membuatnya mengeluh pusing di kepalanya.
“ok Alya, mungkin kakak kamu butuh istirahat” kata dokter menenangkanku
“ya dok”
“kamu bisa ikut keruangan saya sebentar Al? ada yang harus kita bicarakan”
“ya dok”
Aku masih menahan air mataku ketika berjalan dengan dokter menuju ruangannya. Berat rasanya melihat keadaan Kak Gilang.
“jangan memaksakan kakak kamu untuk mengingat semuanya. Mengingat kamu, mengingat namanya, semuanya. Biarkan dia mengingat semuanya perlahan-lahan.”
“tapi dok....”
“saya tau Al, ini memang tidak mudah. Tapi hanya itu cara yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuknya saat ini”
“percayalah, Tuhan tidak akan tinggal diam. Selama kamu mau berusaha dan bersabar, lambat laun ingatan kakak kamu akan pulih kembali”
“mungkin tidak sepenuhnya, tapi paling tidak dia mengingat lagi namanya, adik-adiknya dan orang-orang yang ada disekitarnya”
“ya dok. Saya berusaha demi kesembuhan Kak Gilang. Saya mau melakukan apapun demi Kak Gilang. Dia satu-satunya kakak yang saya punya. Dia pengganti orang tua saya dok”
Bersambung