Menikah... mendengar kata itu mungkin beberapa
orang berbeda cara pandang dan penafsirannya. Ada yang bilang menikah itu
ibadah, menikah itu tentang bagaimana menyatukan dua kepala menjadi satu kepala
yang mempunyai visi dan misi yang sama, dsb.
Menurut saya, menikah itu :
1.
Wajib bagi
seorang wanita yang berusia matang. Matang dalam hal pemikiran, sikap, maupun
secara biologis. Wajib pula bagi pria yang matang dan mapan. Mengapa tidak
hanya matang, tetapi ada mapan didalamnya? Karena menurut saya jaman sekarang
tidak ada pernikahan dimanapun yang bisa bertahan hanya dengan modal cinta.
Mungkin satu diantara seribu umat manusia didunia, bahkan bisa lebih. Tapi
memang seperti itu kenyataannya. Menikah butuh modal. Modal before marriage and
after marriage.
2.
Tidak hanya
tentang menyatukan dua kepala. Tetapi menyatukan segalanya. Menyatukan
kebiasaan, menyatukan tempat tinggal, menyatukan keluarga, menyatukan
pendapatan, dan yang terakhir menyatukan tempat tidur.
3.
Menikah tidak selalu
tentang bercinta! Ketika menikah karena ingin melampiaskan hasrat ingin
bercinta, tak ubahnya pernikahan itu seperti simbolis yang tujuannya hanya
menghalalkan hubungan suami istri. Menikah memang tujuannya untuk menghindari
zinah, menyalurkan hawa nafsu, tetapi kalau tiap hari kerjaannya bercinta mulu
ya... Bagaimana bisa berumah tangga, bersosialisasi dan bekerja?
MENIKAH...
Referensi saya tentang pernikahan itu
bermacam-macam. Dalam hal ini saya dapat dari buku, dari kehidupan sehari-hari,
teman, sahabat bahkan orang asing. Konsep pernikahan atau definisi menikah yang
saya peroleh dari buku sangat biasa. Maksud saya, sudah sering kali didengar
oleh banyak orang. Missionaris, old fashion, tapi tak dapat dipungkiri kalau
memang itulah pedomannya. Pedoman berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Mau tidak
mau, memang itulah aturannya. Next, pengalaman dari teman juga kadang menambah
wawasan saya tentang pernikahan, bagaimana seharusnya menikah itu, apa yang
terjadi dalam suatu pernikahan. Banyak hal. Mulai dari susah, senang, cemburu,
konflik, and that’s life. Hal-hal yang demikian itu yang membuat kehidupan
berwarna, meskipun kadang berbeda orang berbeda juga cara mereka menanggapinya.
So, colorfull or not u choosen that.
Pernah suatu ketika saya melihat seorang teman
yang dalam kehidupannya damai, aman, tentram, seperti keluarga kecil yang
bahagia. Sempat dalam hati saya berkata “hmm.. semoga saya seberuntung dia
nantinya”. Namun seiring dengan berjalannya waktu keadaan tak seperti yang saya
bayangkan. Keluarga kecil yang dulunya terlihat bahagia, seketika berubah.
Keduanya berpisah karena keegoisan masing-masing, dan sedikit nafsu. Si pria
didapati tengah dekat dengan wanita lain, dan si wanita merasa ingin membalas
juga dengan dia berusaha untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Yang
tujuannya hanya ingin menarik simpati dan membuat si pria cemburu. Namun,
mereka larut dalam permainan masing-masing. Pernikahan hampir 13 tahun dibina
ternyata kandas. Dan siapa yang menjadi korban?? ANAK!! Ya.. selalu anak yang
menjadi korban dari pernikahan yang tidak berjalan lancar (divorce). Jadi,
jangan salahkan anak ketika dia berubah menjadi seorang pemberontak, karena
banyak anak yang merasa “kenapa saya dilahirkan dari keluarga yang broken
home?” mereka menganggap anak dari keluarga yang broken home itu adalah anak
yang selalu dikucilkan, sehingga mereka mencari pelampiasan diluar keluarga.
Terkadang merekapun terjerat dalam pergaulan yang salah. Hmm.. mungkin karena
keegoisan, hal ini tak sempat terfikirkan oleh para orang tua.
Namun, tak selamanya divorce membuat anak
menjadi korban. Ada juga beberapa pasangan orang tua yang cerdas dan bijak
dalam mengatasi masalahnya. Pengalaman yang lain saya ambil dari kisah seorang
mentalis yang sedang naik daun Deddy Corbuzier. Dia berpisah dengn istrinya
Kalina mungkin penyebabnya banyak hal, namun saya mengambil kesimpulan sendiri
bahwa salah satu penyebabnya adalah perbedaan agama yang mereka anut. Inilah
cerdasnya mereka, mereka tak sekalipun memperlihatkan ketidakharmonisan
hubungan didepan anaknya. Dalam suatu acara “Hitam Putih” mereka menceritakan
panjang lebar. Apa penyebab terjadinya perceraian mereka, mengapa berita
perceraian mereka bisa tak ter ekspose media selama beberapa bulan. Namun, ada
satu cerita yang waktu itu membuat saya menangis. Deddy bercerita :
“pernah saya hampir meneteskan air mata waktu
dengar kalimat azka”
“saya tanya ke azka gini, azka... azka gimana
perasaannya kalau papa sama mama udah gak sama sama lagi?”
“dia jawab, azka gak papa asal azka gak mau
jadi rebutan”
“(telunjuk kanan deddy dan telunjuk kiri
kearah kanan) papa mau azka kesini”
“(telunjuk kanan dan kiri deddy kearah kiri)
mama mau azka ke sini”
“tapi yang azka mau, (telunjuk kanan deddy, telunjuk
azka, dan telunjuk kalina jadi satu kearah depan) kita tetep jalan bareng”
Ngerti yang saya maksut?? Ya, intinya anak
sekecil azka tidak mau diperebutkan gak jelas oleh orang tua. Dia masih mau
bermain, berkumpul dengan teman-temannya, dia masih ingin berjalan berduaan
dengan orang tuanya meskipun sekarang orang tuanya dan dirinya bukan lagi satu
keluarga. What a wise child...
Menikah itu berat, ketika kita menganggapnya
berat. Dan sebaliknya, akan mudah jika kita menganggapnya mudah. As a single,
mungkin kalimat itu juga bisa diterapkan. Menganggap apapun yang sudah
ditakdirkan itu ujian yang ringan, meskipun kelihatannya sangat berat, sangat
terbebani dan menguras pikiran. Ketika belum dipertemukan dengan jodoh juga mungkin
bisa dikatakan sebuah ujian. Ujian apakah kita masih bisa bersabar, bersabar
hingga akhirnya dipertemukan dengan jodoh yang telah disiapkan. Karena setelah
ujian pasti ada raport yang akan kita terima. Layaknya dalam sebuah sekolah,
ujian yang diberikan tak ubahnya seperti pembelajaran kita untuk mempersiapkan
diri, membaikkan diri, menata hati, dsb. Sampai nanti kita menerima raport
sesuai dengan hasil akhir ujian yang sudah kita lewati. Pantaskah kita naik
kelas? Its depends on you. Depends on me too.
So, intinya menikahlah dengan yang membesarkan
hatimu. Dan satu hal yang saya tangkap dari cerita beberapa teman, carilah pria
yang sayang dengan ibu kandungnya, maka niscaya dia akan sayang dengan
istrinya. Kata mereka pasti, tapi entah kenyataannya. Menikah itu ibadah, maka
beribadahlah hanya karena Allah...