Jumat, 13 Desember 2013

WHO SHALL I BE TODAY?



Duduk dihadapanku pasien yang sudah mungkin hampir setahun belakangan ini aku tangani. Ayla, nama pasienku yang tak lain ia adalah sahabatku sendiri. Dialah motivasiku untuk menyelesaikan S2 jurusan psikologi.

***

“nadya, aku orang yang gak mudah percaya sama orang lain, buatku kamu adalah orang yang aku percaya. Selesaiin S2 kamu, sembuhin aku dengan apapun caramu.”

“aku capek dengan penyakit ini nad, kalaupun ada kesempatan buat bunuh diri aku mau bunuh diri”

ucap Ayla beberapa tahun yang lalu sebelum aku menyelesaikan studyku,
Sampai saat ini aku masih mengingatnya. Dan akupun berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita Ayla.

***

DID (Dissociative Identity Disorder) atau kepribadian ganda, nama penyakit yang diderita Ayla. Sebelumnya Ayla sedikit bercerita tentang masa lalunya kepadaku. Tentang masa kecilnya, tentang apa yang ia alami saat itu, tentang perlakuan ayahnya yang menurutku sungguh tak masuk akal. Mungkin karena sebab itulah muncul beberapa kepribadian lain dalam diri Ayla. Pernah suatu hari Ayla menceritakan semuanya padaku, tentang dia yang berkepribadian ganda. Tentang orang-orang yang berada disekelilingnya yang mungkin bisa membuatnya nyaman.

“Nad, aku punya beberapa sahabat yang mungkin menurutmu ini tak masuk akal”
“maksud kamu gimana Ay?” tegasku

“Aku punya sahabat yang selalu mengelilingi aku kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun”

“bukannya hanya aku sahabatmu yang dekat denganmu Ay?”

Semakin aku tak mengerti apa yang dibicarakan Ayla padaku, namun sebagai sahabat yang berusaha memahami kondisinya akupun memaklumi tentang sikapnya.

“nanti kapan-kapan kamu aku kenalin ke mereka ya Nad” ucap Ayla

“ada berapa banyak sahabatmu Ay?” tanyaku

“ada 5 Nad. Rahmad, Cecilia, Aldo, Kirana dan Intan yang adalah sepasang ibu dan anak” Ayla menyebutkan nama sahabat imajinasinya itu dengan memegang satu persatu jemarinya

“oh.. oke. nanti kalau ada waktu aku ingin bertemu mereka” sahutku

“ya, baiklah”

***

Bagi Ayla, dirinya tak pernah merasa sendirian. Karena dia merasa mempunyai kelima sahabat yang seolah nyata.

Rahmad, seorang pria lugu, penuh sopan santun dan taat beribadah. ketika Ayla berperan sebagai seorang Rahmad, Ia seketika menjadi sangat sopan dalam berbicara.

“Ay!!” teriakku seraya membuka pintu kamar Ayla dengan keras.
Maksut hati ingin mengagetkannya

“MasyaAllah.. bisa masuk dengan sopan gak mbak?”

“jangan lupa ucap salam, salam itu artinya kita sama-sama mendoakan sesama umat muslim”

“Ayla!! Ini kamu kan??” sambil kugoyangkan badan Ayla memastika saat itu dia baik baik saja. Karena jarang sekali kulihat Ayla sesopan ini.

“Maaf, saya Rahmad. Mbak salah orang” ucapnya dengan penuh ketenangan

Alya pernah bercerita kepadaku tentang Rahmad. Rahmadlah yang menyuruh dia untuk selalu mengingat Allah, mengingatkan shalat, menyuruhnya untuk berpuasa. Pembawaan Rahmad yang sopan dan santun membuat Ayla menuruti perkataan Rahmad. dia pun bercerita beberapa hari belakangan ini dia sering disms Rahmad untuk sekedar membangunkannya shalat witir dan tahajjud.

“andai Rahmad tidak jauh dariku Nad, pasti dia sosok suami yang pas untukku.”

“maksudnya dia jauh?” tanyaku keheranan

“ya, dia akan segera menikah dengan wanita pilihan ibunya”

“dia ceritakan itu padaku disuatu malam”

“oohhh...” kataku

***

Cecilia, karakter yang sangat berbeda jauh dengan Ayla. Dandanannya yang lebih mirip seorang wanita tuna susila, menor dan berbadan aduhai. Cecilia juga seorang sex adventurer. Dia tak pernah puas dengan hanya satu pria. Sungguh karakter yang berbeda jauh dengan Ayla. Semua penjelasan tentang fisik dan bagaimana cecil berpakaian pernah diceritakan Ayla kepadaku. Hingga suatu ketika akupun pernah melihat Alya berdandan seolah dia adalah Cecilia.

Ditengah malam buta, aku ditelpon oleh orang tua Ayla. Menanyakan keberadaan Ayla yang tak kunjung pulang kerumah. Tak lama kemudian, kulihat Ayla sedang menggoda beberapa orang pria hidung belang yang berdiri mengelilingi tubuhnya.
Seperti seekor singa yang sedang diberi makan daging.  

“Ayla, ngapain kamu disini??” teriakku sambil kutarik lengannya

“hey!! Bangsat! Gak usah pegang-pegang gue!”

“nama gue Cecilia, bukan Ayla! Gak tau kalo gue lagi ada pelanggan apa?”

“oke, Cecilia. Aku mau ngomong sama kamu”

Aku berusaha sangat memahami keadaan Ayla, biarpun dia teriak, memaki, aku tau itu bukan Ayla. Hanya karakter lain yang diciptakan Ayla.

Dengan negosiasi yang panjang akhirnya Ceciliapun mau kuajak ngobrol. Aku mulai bertanya tentang aktifitasnya sehari-hari. Dia berucap bahwa ketika pagi hari dia istirahat untuk memulihkan kondisinya. Karena dalam sehari dia bisa melayani 3 atau 4 orang pria.

“gue tipe orang yang milih-milih kalo mau having sex dengan pasangan. Gue gak mau ngeladenin orang tua. Apalagi buat gratifikasi om-om ganjen”

“actually im a sex adventurer. Because im sexy, and im worth to get” ucapnya sambil meniupkan asap rokok yang dihirupnya dalam-dalam

“gak salah lah orang pilih gue. Hahaha...”

Cecilia, atau dalam hal ini adalah Alya, dia bercerita sebenarnya dia tak sepenuhnya suka dengan laki-laki. Dan hal ini membuatku kaget

“gue gak begitu suka dengan cowok, malah gue tertariknya sama cewek”

“yah.. bisa dibilang gue lesbi lah..”

Seketika akupun terkaget-kaget mendengar kalimat terakhir Cecilia

“makanya, lu jangan deket-deket sama Ayla. Gue sayang banget sama dia!”

***

Seorang anak lelaki yang baru berusia 17 tahun, Aldo namanya. Aldo yang pemberontak selalu tidak pernah betah tinggal dirumah. Dia sangat sayang kepada ibunya, namun tak begitu halnya dengan kepada ayahnya. Semenjak ayah Aldo sering berbuat kasar, memukul, suka main judi, mabuk, tak pernah ada rasa respek sedikitpun pada ayahnya. Hubungan keduanya merenggang. Seperti bukan layaknya ayah dan anak. Mereka saling bermusuhan satu sama lain.

Aldo adalah sisi lain perwujudan kepribadian Alya. Ketika Ayla melihat ibunya menangis seketika dia seperti berubah menjadi Aldo yang penyayang pada ibunya. Antara Ayla dan ibunya memang tak begitu dekat, namun dalam hati Ayla mungkin ada rasa iba terhadap ibunya yang sering diperlakukan tak seharusnya oleh ayahnya yang membuat mereka perlahan menjadi dekat satu sama lain.

***

Sosok ibu dan anak yang bernama Kirana dan Intan adalah kepribadian Ayla yang lain. Penciptaan kepribadian Kirana oleh Alya didasari oleh sikap ayahnya yang suka kasar terhadapnya, terhadap ibunya. Dia hanya ingin di dunia ini sendiri mengurus anaknya, tanpa ayah, tanpa suami, single parent. Alya menganggap dirinya Kirana, seorang ibu yang mempunyai satu anak dan seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal.

Sedangkan Intan adalah perwujudan jiwa kanak-kanak Ayla yang memang dulu ketika ia kecil, tak pernah sekalipun merasakan kebahagian layaknya anak seusianya. Intan yang manja, suka bermain, dan ceria. Beda halnya dengan Ayla yang masa kecilnya sering dikurung dalam kamar, tanpa teman, tanpa pernah merasakan bermain layaknya anak kecil seusianya.

***

“coba duduk dengan rileks Ay, teraphy kali ini mungkin beda dengan teraphy sebelumnya. Jadi, kamu harus ikutin perintahku. Oke?” pintaku pada Ayla yang sudah setengah jam duduk dikursi yang biasa ia duduki ketika konsultasi denganku.

“apapun yang kamu lakukan, aku mau Nad. Aku Cuma pengen sembuh. That’s it”

Kali ini memang hal berbeda yang aku gunakan untuk menangani Ayla. Hipnotis, ya menghipnotis dia dengan mengajaknya untuk masuk kedalam satu persatu kepribadian yang ia ciptakan. Aku hanya ingin mengulas lebih lanjut dan mengungkap trauma-trauma dari mulai masa kecil sampai dewasa yang pernah ia alami. Yang mungkin tak pernah Ayla ceritakan sebelumnya kepadaku. Dengan begitu, aku tau apa yang harus aku lakukan terhadap pasienku, Ayla.