Jumat, 13 Desember 2013

WHO SHALL I BE TODAY?



Duduk dihadapanku pasien yang sudah mungkin hampir setahun belakangan ini aku tangani. Ayla, nama pasienku yang tak lain ia adalah sahabatku sendiri. Dialah motivasiku untuk menyelesaikan S2 jurusan psikologi.

***

“nadya, aku orang yang gak mudah percaya sama orang lain, buatku kamu adalah orang yang aku percaya. Selesaiin S2 kamu, sembuhin aku dengan apapun caramu.”

“aku capek dengan penyakit ini nad, kalaupun ada kesempatan buat bunuh diri aku mau bunuh diri”

ucap Ayla beberapa tahun yang lalu sebelum aku menyelesaikan studyku,
Sampai saat ini aku masih mengingatnya. Dan akupun berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita Ayla.

***

DID (Dissociative Identity Disorder) atau kepribadian ganda, nama penyakit yang diderita Ayla. Sebelumnya Ayla sedikit bercerita tentang masa lalunya kepadaku. Tentang masa kecilnya, tentang apa yang ia alami saat itu, tentang perlakuan ayahnya yang menurutku sungguh tak masuk akal. Mungkin karena sebab itulah muncul beberapa kepribadian lain dalam diri Ayla. Pernah suatu hari Ayla menceritakan semuanya padaku, tentang dia yang berkepribadian ganda. Tentang orang-orang yang berada disekelilingnya yang mungkin bisa membuatnya nyaman.

“Nad, aku punya beberapa sahabat yang mungkin menurutmu ini tak masuk akal”
“maksud kamu gimana Ay?” tegasku

“Aku punya sahabat yang selalu mengelilingi aku kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun”

“bukannya hanya aku sahabatmu yang dekat denganmu Ay?”

Semakin aku tak mengerti apa yang dibicarakan Ayla padaku, namun sebagai sahabat yang berusaha memahami kondisinya akupun memaklumi tentang sikapnya.

“nanti kapan-kapan kamu aku kenalin ke mereka ya Nad” ucap Ayla

“ada berapa banyak sahabatmu Ay?” tanyaku

“ada 5 Nad. Rahmad, Cecilia, Aldo, Kirana dan Intan yang adalah sepasang ibu dan anak” Ayla menyebutkan nama sahabat imajinasinya itu dengan memegang satu persatu jemarinya

“oh.. oke. nanti kalau ada waktu aku ingin bertemu mereka” sahutku

“ya, baiklah”

***

Bagi Ayla, dirinya tak pernah merasa sendirian. Karena dia merasa mempunyai kelima sahabat yang seolah nyata.

Rahmad, seorang pria lugu, penuh sopan santun dan taat beribadah. ketika Ayla berperan sebagai seorang Rahmad, Ia seketika menjadi sangat sopan dalam berbicara.

“Ay!!” teriakku seraya membuka pintu kamar Ayla dengan keras.
Maksut hati ingin mengagetkannya

“MasyaAllah.. bisa masuk dengan sopan gak mbak?”

“jangan lupa ucap salam, salam itu artinya kita sama-sama mendoakan sesama umat muslim”

“Ayla!! Ini kamu kan??” sambil kugoyangkan badan Ayla memastika saat itu dia baik baik saja. Karena jarang sekali kulihat Ayla sesopan ini.

“Maaf, saya Rahmad. Mbak salah orang” ucapnya dengan penuh ketenangan

Alya pernah bercerita kepadaku tentang Rahmad. Rahmadlah yang menyuruh dia untuk selalu mengingat Allah, mengingatkan shalat, menyuruhnya untuk berpuasa. Pembawaan Rahmad yang sopan dan santun membuat Ayla menuruti perkataan Rahmad. dia pun bercerita beberapa hari belakangan ini dia sering disms Rahmad untuk sekedar membangunkannya shalat witir dan tahajjud.

“andai Rahmad tidak jauh dariku Nad, pasti dia sosok suami yang pas untukku.”

“maksudnya dia jauh?” tanyaku keheranan

“ya, dia akan segera menikah dengan wanita pilihan ibunya”

“dia ceritakan itu padaku disuatu malam”

“oohhh...” kataku

***

Cecilia, karakter yang sangat berbeda jauh dengan Ayla. Dandanannya yang lebih mirip seorang wanita tuna susila, menor dan berbadan aduhai. Cecilia juga seorang sex adventurer. Dia tak pernah puas dengan hanya satu pria. Sungguh karakter yang berbeda jauh dengan Ayla. Semua penjelasan tentang fisik dan bagaimana cecil berpakaian pernah diceritakan Ayla kepadaku. Hingga suatu ketika akupun pernah melihat Alya berdandan seolah dia adalah Cecilia.

Ditengah malam buta, aku ditelpon oleh orang tua Ayla. Menanyakan keberadaan Ayla yang tak kunjung pulang kerumah. Tak lama kemudian, kulihat Ayla sedang menggoda beberapa orang pria hidung belang yang berdiri mengelilingi tubuhnya.
Seperti seekor singa yang sedang diberi makan daging.  

“Ayla, ngapain kamu disini??” teriakku sambil kutarik lengannya

“hey!! Bangsat! Gak usah pegang-pegang gue!”

“nama gue Cecilia, bukan Ayla! Gak tau kalo gue lagi ada pelanggan apa?”

“oke, Cecilia. Aku mau ngomong sama kamu”

Aku berusaha sangat memahami keadaan Ayla, biarpun dia teriak, memaki, aku tau itu bukan Ayla. Hanya karakter lain yang diciptakan Ayla.

Dengan negosiasi yang panjang akhirnya Ceciliapun mau kuajak ngobrol. Aku mulai bertanya tentang aktifitasnya sehari-hari. Dia berucap bahwa ketika pagi hari dia istirahat untuk memulihkan kondisinya. Karena dalam sehari dia bisa melayani 3 atau 4 orang pria.

“gue tipe orang yang milih-milih kalo mau having sex dengan pasangan. Gue gak mau ngeladenin orang tua. Apalagi buat gratifikasi om-om ganjen”

“actually im a sex adventurer. Because im sexy, and im worth to get” ucapnya sambil meniupkan asap rokok yang dihirupnya dalam-dalam

“gak salah lah orang pilih gue. Hahaha...”

Cecilia, atau dalam hal ini adalah Alya, dia bercerita sebenarnya dia tak sepenuhnya suka dengan laki-laki. Dan hal ini membuatku kaget

“gue gak begitu suka dengan cowok, malah gue tertariknya sama cewek”

“yah.. bisa dibilang gue lesbi lah..”

Seketika akupun terkaget-kaget mendengar kalimat terakhir Cecilia

“makanya, lu jangan deket-deket sama Ayla. Gue sayang banget sama dia!”

***

Seorang anak lelaki yang baru berusia 17 tahun, Aldo namanya. Aldo yang pemberontak selalu tidak pernah betah tinggal dirumah. Dia sangat sayang kepada ibunya, namun tak begitu halnya dengan kepada ayahnya. Semenjak ayah Aldo sering berbuat kasar, memukul, suka main judi, mabuk, tak pernah ada rasa respek sedikitpun pada ayahnya. Hubungan keduanya merenggang. Seperti bukan layaknya ayah dan anak. Mereka saling bermusuhan satu sama lain.

Aldo adalah sisi lain perwujudan kepribadian Alya. Ketika Ayla melihat ibunya menangis seketika dia seperti berubah menjadi Aldo yang penyayang pada ibunya. Antara Ayla dan ibunya memang tak begitu dekat, namun dalam hati Ayla mungkin ada rasa iba terhadap ibunya yang sering diperlakukan tak seharusnya oleh ayahnya yang membuat mereka perlahan menjadi dekat satu sama lain.

***

Sosok ibu dan anak yang bernama Kirana dan Intan adalah kepribadian Ayla yang lain. Penciptaan kepribadian Kirana oleh Alya didasari oleh sikap ayahnya yang suka kasar terhadapnya, terhadap ibunya. Dia hanya ingin di dunia ini sendiri mengurus anaknya, tanpa ayah, tanpa suami, single parent. Alya menganggap dirinya Kirana, seorang ibu yang mempunyai satu anak dan seorang janda yang ditinggal suaminya meninggal.

Sedangkan Intan adalah perwujudan jiwa kanak-kanak Ayla yang memang dulu ketika ia kecil, tak pernah sekalipun merasakan kebahagian layaknya anak seusianya. Intan yang manja, suka bermain, dan ceria. Beda halnya dengan Ayla yang masa kecilnya sering dikurung dalam kamar, tanpa teman, tanpa pernah merasakan bermain layaknya anak kecil seusianya.

***

“coba duduk dengan rileks Ay, teraphy kali ini mungkin beda dengan teraphy sebelumnya. Jadi, kamu harus ikutin perintahku. Oke?” pintaku pada Ayla yang sudah setengah jam duduk dikursi yang biasa ia duduki ketika konsultasi denganku.

“apapun yang kamu lakukan, aku mau Nad. Aku Cuma pengen sembuh. That’s it”

Kali ini memang hal berbeda yang aku gunakan untuk menangani Ayla. Hipnotis, ya menghipnotis dia dengan mengajaknya untuk masuk kedalam satu persatu kepribadian yang ia ciptakan. Aku hanya ingin mengulas lebih lanjut dan mengungkap trauma-trauma dari mulai masa kecil sampai dewasa yang pernah ia alami. Yang mungkin tak pernah Ayla ceritakan sebelumnya kepadaku. Dengan begitu, aku tau apa yang harus aku lakukan terhadap pasienku, Ayla.

Sabtu, 09 November 2013

REWIND



 “Mas, bisa minta tolong starterin motorku?”

Pintaku pada seorang pria tinggi didepanku waktu aku selesai mengisi bensin.
Tak biasanya aku meminta bantuan kepada orang lain, apalagi dengan orang asing yang entah siapapun orangnya. Aku tipe orang yang apapun jika itu masih bisa dilakukan sendiri, aku lakukan itu sendiri. Namun, waktu itu memang sepertinya aku menyerah karena keadaan.

“Oh... ya mbak” sautnya

Setelah mencoba menstarternya beberapa kali sepertinya memang bukan pria itu yang tidak mampu manstarter motorku, tapi motorku saat itu memang yang rewel. Dan aku benci hal ini.

Si satria baja hitam ini ada-ada aja deh maunya.
Gak tau orang lagi keburu-buru apa??

Ya, satria baja hitam sebutan untuk motor butut yang selalu setia menemaniku.

“Sepertinya ini ada yang gak beres sama motornya mbak. Mungkin akinya”

“Lha trus gimana dong mas? aku buru-buru nih”

“Mbaknya punya sodara sekitaran sini gak yang bisa dihubungi?” 

“Sodara? Waduh, siapa yaaa.... Ada sih, tapi jauh dari sini dan aku gak yakin kalau dia bisa kesini” rengekku dengan wajah yang memelas

“Yaudah gini aja, mbaknya aku temenin nyari bengkel. Ntar kalo udah beres tak tinggal” jawabnya

“Waduh, aku jadinya ngerepotin mas dong?”

“Enggak kok, urusanku udah kelar, sekarang tinggal pulang aja. Laki-laki mah gampang pulangnya, kalo perempuan yang bahaya”

Sedikit heran pada waktu itu, kok ada ya cowok yang mau bantuin dengan sukarela kaya gitu? Biasanya sih, selalu aja ada maunya. Tapi dia beda.

“Ohya, nama mbak siapa?”

“Dinda” jawabku

“Aku Diar”

“Aku tau bengkel sekitaran sini, mbak pake motorku ntar motornya mbak aku yang nuntun. Jalan aja lurus ntar ada toko cat merah, nah disampingnya toko itu bengkelnya”

“Hah?? Aku naik motor mas sementara mas nuntunin motorku? Wahh...”

“Gpp, deket kok bengkelnya”

Dengan terpaksa mau tidak mau akupun mengiyakan permintaannya. Aku juga butuh motorku sembuh, mau gimana lagi?? Lagian juga mumpung ada orang baik, kenapa gak dimanfaatin? Pikirku

Akhirnya kunaiki motor matiknya menuju bengkel sesuai petunjuknya. Jaraknya lumayan jauh, naik motor aja hampir 10 menit, bagaimana dengan jalan kaki?

“Kasian mas-mas itu...” kataku dalam hati

15 menit kemudian terlihat pria itu dengan wajah sedikit kelelahan dan terlihat ngos-ngosan

“Aduhhh.. Mas, maaf ya.. aku ngerepoti banget”

“Gpp mbak, nyantai aja”

Sesuai dengan janjinya tadi diawal, kalu sudah sampai bengkel, dia pergi.

“makasih ya mas, udah repot-repot bantuin aku. Nih minumnya, mas pasti haus” sambil menyodorkan botol minuman kemasan kepadanya

“Diar aja, gak pake mas” sambungnya

“Oh.. oke Diar” balasku

“Boleh minta nomor hapenya mbak?”

“Dinda aja, jangan panggil mbak” kataku dengan sedikit tersenyum simpul

“08**********”

“Oke, saved”

“Btw, makasih sekali lagi ya diar. Ngerepotin kamu banyak nih”

“Gpp, selama aku bisa bantu, dengan senang hati aku bantu”

“Oke, aku duluan ya Dinda”

Dan diapun berlalu pergi
***

Sudah beberapa bulan berlalu sejak kejadian si motor mogok, pria bernama Diar tak pernah menghubungiku. Meski dulu pernah dia minta nomor teleponku, namun aku juga tidak terlalu berharap untuk dihubunginya setiap hari. Masih belum mau membuka hati, dan ingin menikmati masa-masa kesendirian dengan sering ngumpul bareng teman, menikmati “me time”, nulis, baca buku, dan kegiatan yang lain.

“Hey... demen banget dikamar seharian neng?” sapa anya teman sekampusku

“Hei, kapan kamu masuk? Dasar! Suka banget masuk tanpa ijin” jawabku

“Halahhh.. kayak sama sapa aja deh kamu itu”

“Hahahaha.....”

Anya, sahabatku. Kami berteman sejak awal ospek dikampus yang sama dan dijurusan yang sama pula, psikologi. Kita sering curhat-curhatan, dan melakukan kegiatan layaknya sahabat perempuan lainnya. Nyalon, hang out, nge mall, dsb.

“Din, kamu gak pengen nyari cowo? Gak bosen sendirian mulu?”

“Hogggaaaahhh...”

Dengan malas aku menjawab pertanyaan sahabatku itu

“Kamu harus move on sayang... yang lalu itu udah jadi episodemu, mau gak mau kamu musti hadepin. Move on, temukan yang terbaik”

Entah mengapa, kalimat sayang dari sahabatku ini menenangkanku. 

“Hmmmm...”

 “Oke, sekarang ubah sikapmu yang sok dingin sama cowok itu. Kamu dingin, tapi kadang kamu masih butuh mereka, sama aja boong”

“Itu namanya kamu masih normal, masih mau sama cowok”

“Hahahaha... sumpah kamu emang penghibur sejati al. makasih ya”

“Anytime darling, apa sih yang enggak buat kamu” sautnya 

“Halahhh... gombaaall” sautku sambil beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi

Tittit tittit
Terdengar suara hape berbunyi, sepertinya ada sms masuk. Entah dari siapa

“Din, ada sms tuhhh..” kata alya sambil berteriak di depan pintu kamar mandi 

“Biarin ajaaa.... masihh mandiiii...” jawabku santai

Setelah keluar dari kamar mandi, aku bergegas melihat handphone ku yang tadi berbunyi saat ada sms masuk. 

Hi dinda, met pagi

Sapa nih? Udah agak siangan masih aja nyapa met pagi. Buta apa ya ni orang? Kataku dalam hati

Sapa ni?

 Balasku singkat

“Sapa Din? Kok muka kamu sewot gitu?” 

Dasar Miss Kepo, mau tau aja. Seruku dalam hati

“Tau nih, orang geje alias gak jelas”

Tak lama, smsku dibalas

Masa lupa? Sama aku?

“Ihh... geje banget ni orang, mana tau lah aku sama dia. ditanyain dia siapa malah balik nanya!” kataku dengan nada sedikit sewot

“Sabar neng, kalau ada sms tuh yg sabar ngeladenin nya. Sapa tau itu sms dari pangeranmu”

Hmmm... mulai deh, selain si Alya ini miss kepo, dia juga miss ngayal. Sumpah ucapannya ngayal abis. Kaya kita hidup di jamannya shakespeares aja.

Ni diar

Tak lama sms kedua pun masuk ke handphoneku

“Ohhhhhh.. si Diarrrr....”

“Sapa neng? Diar, Diar sapa?”

“Ada lahh temen, ntr aku certain dijalan. Kita udah telat ngampus noooonn...”

Ucapku seraya bergegas keluar dari kamar. Pukul 09.00 ada jam mata kuliah Pak Rus yang mahasiswanya wajib datang tepat waktu. Dan kamipun meluncur dengan kecepatan penuh dengan siapa lagi kalau bukan si satria baja hitam. Motor yang kala itu mogok dan mempertemukanku dengan seorang yang bernama Diar.
***

“Jadi waktu itu kamu ketemu si Diar ini??”

Seru miss kepo alias Alya ketika aku ceritakan asal mula pertemuanku dengan seorang bernama Diar. Kala itu, memang kantin terlihat sepi. Jadi kami bisa ngobrol lama berdua setelah jam mata kuliah Pak Rus yang melelahkan sekaligus menguras tenaga.

“Iya Al, gak tau kenapa aq tiba-tiba aja pengen minta bantuan sama dia”

“Padahal kan....”

“Padahal kan kamu orang nya jaiman buat minta bantuan orang lain” sambung Alya. 

Sepertinya memang miss kepo ini tau banyak tentangku, dan hafal dengan sifat-sifatku. 

“Hehe.. iya sih” jawabku

“Trus, kapan mau ketemuan lagi sama dia?”

“Gtau juga, td dia ngajakin ketemuan gitu. Tapi aku males ah kalo sore-sore”

“Mana ada cowok yang mau sama kamu non, kalau kamunya sendiri gmau diajakin ketemuan??”

“Iya.... Iya... ntar deh. kalo dia sms, kita ketemuan”

“Nah.. gitu dong, katanya pengen cepet nikah, tapi kamunya nutup diri mulu”

“Wahh.. mulai deh..”

Ucapan Alya tentang pernikahan membuatku males banget untuk dibahas. Memang, aku akui pernah berucap pada Alya kalau terlalu lelah untuk pacaran dari satu orang ke orang lain. Inginnya sekalinya bertemu sesorang, langsung menikah. Dan kalimatku ini selalu saja dipakai oleh Alya sebagai bahan tertawaan saja.
***

Sejak pertemuan sore hari waktu itu, kita jadi sering berkomunikasi. Dari sms an, telpon, sampai tak jarang bertemu. Hal tersebut yang membuat kami semakin lama semakin dekat satu sama lain. Mungkin orang yang melihat kita seperti dua orang yang sedang berpacaran. Namun, kita, dia ataupun aku tak pernah sekalipun mengatakan “maukah kamu jadi pacarku?”. Bagi kami kalimat itu sudah basi. Ketika kita cocok, yasudah jalan. Ketika tidak, mungkin kita bisa jadi teman. Teman tapi mesra. Haha... mungkin karena tidak adanya penegasan hubungan itulah yang membuatku seperti tak sepenuh hati padanya. Namun aku jujur suka dia. dia yg penyabar, ngemong, dsb.

“Nanti kamu mau aku jemput jam brapa?” ujarnya mesra

“Terserah kamu aja. Aku pulangnya jam 2 kok” jawabku

“Oke, jam setengah 2 aku jemput”

“Oke”

Dan tiba tiba....

Muahh

Ciuman di kening darinya membuatku kaget. Kulihat dia tersenyum simpul dan akupun tersenyum sambil berlalu pergi. 

Eh... buset ni orang. Main cium-cium aja gak pake permisi.

Ujarku dalam hati
***

“Nanti ada waktu? Aku pengen ngajak kamu jalan sekalian kita nyari makan yuk diluar” 

“Oke, tumbenan pake tanya ada waktu segala? Biasanya ujug-ujug dating kerumah” 

“Ada yang mau disampein sama kamunya”

“Ohh... oke, ntar aku sms ya”

Biiibbb.. dan telepon darinya seketika ditutup.

Kenapa berasa ada yang aneh ya? Pikirku. Ya, sepertinya memang ada hal yang penting yang mau dibicarakannya. Entah hal apakah itu, aku sangat penasaran. Semoga saja kabar baik yang bakal disampaikannya. Semoga...

Setengah jam berlalu, dia belum juga muncul di depan rumahku. Memang menunggu adalah hal yang paling membosankan diseluruh dunia. Apa lagi kita sebagai seorang cewek, dandan sudah mulai dari sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan. Ini saran dari miss kepo alias alya padaku.

“Dinda... kamu udah gede. Coba dandan, pasti kamu cantik deh. Usahain dandan sepuluh menit sebelum jam yang ditentuin”

Sambil mengingat petuah si Alya, akupun tersenyum-senyum sendiri sampai tanpa sadar Diar sudah sampai didepan pintu rumahku dan sedang melihatku tersenyum.

“Senyum-senyum sendiri, lagi mikirin aku ya?” ujarnya

“Ihh... pede banget” jawabku

“Dandananku sampai hampir luntur gara-gara nungguin kamu”

“Ya deh.. maaf”

Seperti biasa, akupun luluh lantah dengan ucapan maafnya. Aku suka senyum itu ketika dia meminta maaf. Seperti tulus dari dalam hati.

“Sory tadi gak bisa jemput kamu gara-gara ada tugas dari kantor mendadak”

“Ya.. gpp. Aku ngerti. Lagian aku juga udah ada si baja hitam”

“Oke, that’s ur second boyfriend rite? Hehe”

“Bisa dibilang gitu kalau kamunya telat jemput aku. Hehe”

Mungkin dia sudah lupa dengan tujuannya mengajakku keluar kali ini, seperti yang dia katakan tadi akan ada yang disampaikan. Ah.. sudahlah. Mungkin bukan hal yang penting. Yang jelas nasi goreng favoritku kala itu terasa nikmat sekali karena memang rasanya yang pas dan ada dia disampingku. Lengkap.

“Minggu depan aku ada tugas dari kantor”

Seketika aku memelankan sendokan makananku

“Oke, trus?”

“Aku dipindah tugas keluar kota”

“Aku dipindah ke bandung”

Nafsu makanku berhenti sesaat

“Trus kita?” jawabku sambil menatap matanya

“Kita jalanin, LDR” jawabnya enteng

“Enggak, aku gak bisa”

“Aku bakalan hubungi kamu tiap hari sayang...” ucapnya memelas sambil memegang erat tanganku

“Lepasin, malu diliat orang”

Sepertinya kata-kataku tak dihiraukannya. Malah semakin erat tanganku digenggamnya

“Minggu depan aku berangkat, aku mau kita tetap jalanin ini berdua. Bandung, gak ada apa-apanya kalau kita sering komunikasi”

“Mungkin kamu bisa, tapi aku enggak”

“Sudahlah kita pulang aja. Aku udah kenyang. Gak usah bahas ini lagi didepanku”

Kutinggalkan nasi goring yang masih belum habis diatas meja. Membicarakan hal ini, membuat selera makanku hilang seketika. Dan diapun menuruti kemauanku untuk pulang meski aku lihat dia memang benar-benar kelaparan.
***

Aku besok ada tes magang, kamu udah makan belum? 

Sms ku padanya beberapa hari kemudian sejak kejadian malam itu. Baru kali ini aku sms dan menghubunginya lagi setelah malam itu kita hampir tak pernah bertemu.

Udah sayang, kamu? Ntar kita jalan yuk.. aku kangen
Balasnya

Ya, boleh. Ill call u later
Jawabku singkat

Oke

Benar saja, sepanjang perjalanan tak sedikitpun ia membahas masalah keberangkatannya ke bandung waktu itu. Padahal jika dihitung, besok memang jadwalnya ke bandung. Kenapa harus berbarengan dengan aku yang ada tes magang? Mengenaskan. 

Kita berhenti disuatu tempat, seperti rumah seorang temannya. Dia belum pernah cerita tentang teman-temannya padaku. Maklum, kita baru dua bulan jalan. Mungkin lebih penting untuk membahas tentang pribadi masing-masing barulah memperkenalkan teman-teman kita. Diarpun belum pernah kupertemukan dengan miss kepo si Alya. Padahal si Alya udah penasaran dengan gebetan baruku. Ya, “Gebetan Baru” kata alya.

“Dan, mo ambil barangku yang kemaren ya...” sapa Diar kepada Dani, temannya

“Oke, ambil aja diatas meja Yar” jawab dani

Dan diapun menyerahkan bingkisan kotak berwarna biru padaku. Dia memang sudah tau semua yang aku suka, warna kesukaanku, sampai tipe pria idamanku.

Hmmm.. apa nih?

Ucapku dalam hati, sambil penasaran isi dalam kotak itu

“Bukanya nanti kalo udah nyampe rumah ya sayang”

“Apa-apaan sih? Aku kan ulang taun udah jauh ketinggalan?”

“Buat kamu, semoga manfaat. Biar inget aku terus”

“Hahaha.. gombal dehh.. emang gak bisa dibuka disini ya? Penasaraannn” ucapku dengan nada sedikit manja

“Dibuka dirumah sayang...” jawabnya sambil mengelus kepalaku 

“Oke”
***

Penasaran dengan apa yang diberikan diar kepadaku, aku bergegas membuka isi dalam kotak yang bersampul biru itu. Seperti sebuah kotak sepatu namun aku tak lantas percaya. Karena terkadang isi dengan kotak tak sama, seperti halnya kado teman-temanku yang iseng ketika aku ulang tahun.

Haahhhh??? Sepatuuu... tau aja sayangku ini kalo besok aku lagi butuh sepatu??

Tanpa sadar sambil loncat-locat aku kegirangan menerima kado sepatu darinya

Tiba-tiba dering sms dari handphone ku pun berbunyi

Sayang, jangan lupa dibaca suratnya di dalam kotak sepatunya ya
Ternyata sms darinya 

Makasih sayang... tau aja kalau aku besok butuh sepatu..
Balasku

Suka gak?
Balasnya singkat

Suka bangettttt....

Kucari surat yang katanya ada didalam kotak sepatu itu. Ketemu, kemudian kubaca. Alangkah kagetnya aku membaca surat darinya. Isinya...

Aku tak pernah sedikitpun ragu padamu
Sejak pertama kita bertemu, akupun tak ragu untuk menolongmu.
Aku bukan orang yang mudah bergaul dengan siapapun
Tapi denganmu, aku tau hidupku berubah
Tidak lantas seratus delapan puluh derajat, namun perlahan berubah.
Aku ingin kamu yang ada saat aku ingin seseorang untuk menemaniku
Saat ini hingga mungkin nanti, jika diperkenankan engkaulah jodohku
Terima kasih, kamu mengembalikan perasaanku
Perasaan jatuh cinta lagi
Aku jatuh cinta lagi
Itupun hanya padamu
belum ada siapapun karena aku bukan pula orang yang mudah jatuh cinta
besok siang aku berangkat, mungkin kamu tidak tega mengantarku pergi
namun ketahuilah, hadirmu bisa jadi pengingatku dikala aku jauh
datanglah temui aku, atau jika tidak telepon darimu yang paling kutunggu

Dan akupun berurai air mata membaca surat darinya. Mungkin aku bukan seorang wanita yang suka membaca surat-surat yang romantis, namun tulisannya membuatku menangis sejadi-jadinya. Ingin sekali aku menghubungi Alya, sahabatku. Namun dalam hatiku berkata
Alangkah baiknya jika aku tidak cerita kepada siapapun

Saturday, 9th November 2013 at 10.04 PM