Kulihat kau dikejauhan. Ternyata tlah kau baca suratku. Kukira kau
hanya akan menelponku berucap selamat tinggal dan kita takkan pernah
berkomunikasi lagi. Namun aku salah, kau malah menemuiku.
"Katanya ada tes?" Tanyaku
"Aku batal tes buat nemuin kamu"
"Lho kenapa? Kan bisa telpon kl kamunya sibuk?"
Kulihat
sepatu yang kuberikan untukmu membuatmu lebih cantik dan terlihat
tinggi. Biarpun awalnya aku tak tahu berapa nomor kakimu, seperti
halnya aku tak tahu dalamnya rasa sukamu padaku.
"Kamu tambah cantik pake sepatu itu"
"Heeh, makasih. Kekecilan, tp gpp"
Sambil tersenyum simpul kau memelukku erat.
Menyandarkan kepalamu dibahuku, sudah menjadi kebiasaan.
Dan aku akan merindukan momen2 seperti ini.
***
Sambil
menunggu jadwalku untuk take off, kita berbincang dikantin bandara,
berdua. Sesekali makan, minum, sesekali hanya saling pandang dan
berpegangan tangan.
Kau berucap
"Aku mungkin akan rindu kamu, atau mungkin enggak"
"Kenapa begitu?" Jawabku
"Ya, setelah kamu pergi. Aku menyerahkan urusan jodoh ditangan orang tuaku"
Betapa kagetnya aku ketika kau mengucapkan kalimat itu
"Kamu mau dijodohin??"
"Ya"
Genggaman tanganmu semakin erat
"Karena aku gak bisa kita long distance Diar..."
"Ya, aku tau.."
"Kamu cari aja penggantiku disana, di Bandung"
"Mereka cantik2"
Wajahku tertunduk, sambil menghela nafas panjang aku menatap matanya tajam
"Enggak, aku gak bisa"
"Aku
bukan org yg mudah jatuh cinta, juga bukan org yg mudah bergaul, jadi
gak usah ikut campur dan nyuruh aku buat nyari orang lain"
"Biarkan hati yang memilih, memilih tinggal atau berpaling"
"Akan ada saatnya, ketika ia siap"
Kudengar suara pengumuman bandara menyebutkan keberangkatanku kurang 10 menit lagi.
Seketika kami diam, aku berkemas, kulihat kamu berlinang air mata. Lalu kuhampiri dan kuseka air matamu.
"Kamu akan baik2 aja kan?"
"Janji?"
"Ya, janji" ucapmu sambil menganggukkan kepala.
Kuharap kecupan dikeningmu ini bukanlah kecupan terakhir, karena aku masih sayang kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar