Sabtu, 25 Juni 2011

Taubatku yang pertama


Disuatu malam, aku termenung, merenung, sendiri dalam kamar, menangis. Seperti merasakan ada yang sesuatu yang hilang, seperti menjauhiku atau aku lah yang menjauh. Dalam benakku, apa yang aku kerjakan, apa yang aku lakukan seperti luput dari rasa syukurku, rasa terima kasihku kepada Allah. Aku seperti menjauhiNya. Sehingga Allah pun seolah menjauhiku, itu perkiraanku. Hari hari itu seperti hari yang benar benar menguras air mataku. Aku seperti kehilangan pegangan hidup seperti hidup didunia tanpa tau arah dan tujuanku.
Sampai suatu saat, aku menemukan sebuah lagu yang benar benar menggugah perasaanku untuk kembali mendekatiNya, mengingatNya. That was a great song, the words is so beautiful and the meaning is very touching.
“Every time, you feel like you cannot go on, you feel so lost, that your so alone, all you see is night, and darkness all around, you feel so helpless, you can’t see which way to go, don’t despair and neverlose hope, cause Allah is always by your side.”
And yes, itu terbukti. Setiap saat selama ku hidup dan bernafas, aku seperti merasakan ada yang hilang, aku kehilangan Allah. Tidak pernah ada nama Allah dalam setiap perbuatanku, tak ada rasa syukur yang terucap dalam mulutku, tak pernah menaati perintah yang telah ditetapkan, dalam sujudku tak pernah terbesit kekhusyukan untuk ikhlas menghadap kepada Allah, Astaghfirullah… itulah yang kurasakan. At that time. That song inspire me for not be despair and never lost hope, cause Allah is always by your side. Allah tidak akan pergi kemana mana, still with me. Meskipun aku terkadang melupakanNya. And I know, Allah more understand me dibandingkan dengan semua orang yang ada di dunia ini. And insyaAllah.. im gonna find my way to get closer with Allah.
Berkali kali lagu InsyaAllah By Maher Zain aku putar. Berkali kali pula mataku tak hentinya mengeluarkan air mata. Rasa penyesalan karena telah melalaikan apa yang sudah menjadi kewajiban itupun ada. Seperti ingin memutar waktu dan kembali untuk memulainya dari awal, tapi itu terlambat. Dan air matakupun kembali berderai.
Aku mencoba menenangkan hati, dan mencari sendiri jawaban atas segala pertanyaanku dalam sebuah artikel lewat internet. Banyak sekali artikel artikel penyejuk hati, memperkaya iman, penambah rasa cinta kepada Allah, dan kusimpan. Ternyata aku belum sepenuhnya terlambat, dan cara mengatasinya adalah dengan bertaubat, Taubatan Nasuha. At that time, hatiku belum tergerak. Masih belum yakin untuk bertaubat.
Gejala susah terpejam sebelum tidur terus berlanjut, sepertinya Allah menghendakiku untuk segera mendekatkan diri padaNya. Di pagi harinya, pada saat itu ada sebuah acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan tempatku bekerja. Pada kesempatan itu, seorang ulama’ menceritakan bagaimana sejarahnya Nabi Muhammad dari awal mulanya hingga akhir hayatnya. Dan aku tak sepenuhnya mendengarkan, there’s something inside of me yang sedang bergejolak. Tapi, ada satu kalimat dari sang ulama yang kurang lebih dia menerangkan seperti ini
“Nabi sebelum meninggal saja masih sempat sempatnya memanggil umatnya, betapa tulusnya hati nabi ingin selalu memastikan umatnya agar tidak terjerumus dalam perbuatan keji dan mungkar. Tapi, liat umatnya yang sekarang ini, umate podho gak tau nang langgar, sembayange iling ilingen, lek eleng sembayang, lek gak eleng yowes gampang. Kalau aku yang jadi nabi (kata ulama itu), halah wes ben karo umat seng tambeng tambeng, biar tau rasa.”
Dari perkataan itu, aku tersadar dan baru ngeh. Salah satu umatnya yang tidak layak untuk dipanggil dalam detik detik terakhir kematian nabi itu adalah aku. Aku lupa, lalai dan sering mengentengkan waktu untuk shalat. Betapa aku sangat terpukul. Kalimat kalimat itu seperti terngiang ngiang dan susah untuk dihilangkan dalam memori otakku. Aku mencoba mencari beberpa artikel lewat internet tentang perjalanan Nabi Muhammad. Dan semua isi dalam artikel menyebutkan kejadian yang sama bahwa Nabi Muhammad sampai detik terakhir hembusan nafasnya masih memanggil Ummaty.. ummaty.. ummaty..
Ya Rabb.. I know that if I hurt ur lovely person, I will hurt You too. Kalau aku menyakiti hati Rasulullah yang notabene adalah kekasih Allah, maka akupun menyakiti Allah secara tidak langsung. And im crying all night long. Aku tumpahkan semua kedalam tulisan dalam bukuku, apa yang aku rasakan.
24 Februari 2011
Ya Rabb…
Beri hamba petunjukMu
Hamba ingin berubah
Hamba ingin berubah dari seorang yang sempit iman
Menjadi seorang yang penuh rasa syukur
Hamba ingin berubah
Hamba ingin berubah dari seorang yang jauh dari Allah
Menjadi seorang yang cinta dan dekat dengan Allah
Hamba ingin berubah
Hamba ingin berubah dari seorang yang selalu mengeluh dan kufur nikmat
Menjadi seorang yang penuh sabar
Ridho akan apa yang telah engkau taqdirkan dalam jalan hidupku
Amien…
25 Februari 2011
Disetiap malam
Mata tak mau terpejam
Dahi mengernyit memikirkan dunia
Apa yang bisa dibawa?
Dunia? Harta? Jabatan? Pasangan?
Semua tak kan berarti
Kenapa tak pernah terpikir Sang Pencipta?
Kita hidup kemudian mati
Tanpa tahu siapa, kapan dan dimana
Sang Pemilik Kehidupan ingin mengambilnya
Astaghfirullah…
Hamba jauh, hamba lupa, hamba ingkar
Berapa lama hamba menghabiskan waktu yang sia sia
Tanpa sedikitpun hamba mengingatMu?
Berapa jauh jarak hamba dariMu Ya Rabb?
Allah..
Bimbing hamba
Hamba ingin kembali mengingatMu
Bersyukur atas apapun yang telah Engkau beri kepada hamba
Sungguh hamba seorang yang tidak pernah berterima kasih
Mohon ampun hamba…
Ya Rabb yang Maha Memiliki kasih sayang
Hamba bermuhasabah
Hamba bercermin
Hamba memperbaiki diri
Hamba bertaubat
Atas segala perbuatan hamba selama ini
Hamba ingkari janjiMu
Hamba meninggalkan kewajiban hamba
Hamba mengentengkannya
Sungguh hamba telah berdosa
Astaghfirullah…
Hamba telah menyakiti hati kekasihMu
Sungguh hamba malu
Malu dengan diri hamba
Malu dengan NabiMu
Yang semasa hidupnya sampai ajal menjemputnya
Hanya nama umatnya yang beliau sebut
Ummaty.. Ummaty.. Ummaty..
Ya Allah…
Pantaskah hamba disebut sebagai umat Muhammad?
And that time, aku bertaubat. Aku sholat taubat dan ingin menumpahkan semua, memohon maaf atas semua kekhilafanku dan kesalahanku. Memohon supaya pintu maaf dan Rahmat Allah masih diberikan untukku. Aku menangis sejadi jadinya di sepertiga malam terakhir. Malam dimana hanya ada aku dan Allah. Waktu itu aku merasakan seperti aku lebih dekat dengan Allah. Malam itu, saat ku memejamkan mata, seperti Allah ada di hadapan mataku. I feel that. Ternyata dekat dengan Allah lebih indah dan romantis daripada dekat dengan apapun dan siapapun yang ada di dunia. ( I don’t care. Kalau kata kata yang kutulis ini lebay. Who the hell care! Coz I feel that seriously.. )
Aku mencoba memperbaiki diri mulai dari detik itu. Mencoba bersyukur, mencoba mendekatkan diri pada Allah, mencoba menjalankan segala perintahNya dan benar benar menjauhi semua laranganNya. Dan mulai memperbaiki intensitas sholatku. Bismillah.. ini tidak hanya pada waktu itu, tapi sekarang dan sampai nanti. Sampai akhirnya nafas terakhir berhembus. Bismillah…
Iman tak akan sempurna
Sebelum hati diperbaiki
Hati tak akan sempurna
Sebelum lidah diperbaiki
Lidah tidak akan sempurna
Sebelum perbuatan diperbaiki
Bertaubat secara keseluruhan adalah dengan memperbaiki perbuatan, lidah, hati dan Iman tentunya. Its connected. Semua saling berhubungan. Bismillah.. segala sesuatu yang berawal dari niat baik akan dilancarkan dan dimudahkan jalannya oleh Allah. Amien..
Maher Zain’s song is really inspire me to be a better person. I really love all the songs. Disetiap sebelum tidur, ada lagu wajib yang penting didengar. InsyaAllah, Thank You Allah, Hold My Hand and Open Your Eyes. Its really touching song. Barakallah ya Maher. Semoga niat senyemangati sesama saudara muslim dan berdakwah dalam bentuk lagu berhasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar